|
Muka i Memoirs of The Lelaki Sejati |
Ya Allah... Jadikanlah Cahaya di dalam hatiku,
Cahaya di dalam pandanganku,
Cahaya di dalam pendengaranku,
Cahaya dari arah kanan dan kiriku,
Cahaya dari atas dan dari bawahku,
Cahaya yang di hadapan dan di belakangku
Dan jadikanlah cahaya untuk diriku...
|
Petikan Doa ke Masjid |
................................................................................................................................
Petikan diatas sekadar catatan ringkas dipetik dari doa pergi ke masjid yang penulis muatkan di dalam Memoirs of The 'LELAKI SEJATI'. Hari ini penulis menemui sesuatu ilmu yang baru mengenai cahaya yang disebut 'Nur' di dalam bahasa Al-quran itu.
Menurut hadith riwayat Abd Jabir; 'Makhluk pertama yang diciptakan Allah (yakni asal kejadian segala makhluk) adalah Nur Muhammad.' Ada yang mentafsirkan 'nur' di sini adalah cahaya, ada yang mentafsirkan sebagai gelombang, ada yg mentafsirkannya sebagai tenaga atau aura, tidak kurang ada yang mentafsirkannya sebagai aqal. Namun hakikat yang sebenarnya hanya Allah SWT yang tahu. Pada zaman terdahulu, adalah sukar untuk dipercayai bahawa dengan 'cahaya' Allah mencipta sekelian benda. Tetapi dengan kemajuan sains dan teknologi serta pemesatan ilmu yang berlaku hari ini, semuanya terungkai dengan mudah serta logik untuk diterima aqal. Sains mengenali cahaya sebagai zarah halus (microscopic particle) yang tidak boleh disentuh kerana ia bukan jisim; tetapi berupaya menghasilkan tenaga dalam bentuk gelombang.
|
Nota dari kuliyyah guru penulis, Dr. Abdul Manam Embong, Pensyarah UNisZA |
Umum mengetahui bahawa setiap kejadian sesuatu benda atau jisim yang ada pada alam ini bermula dengan jirim. Dan jirim yang paling kecil adalah elektron. Elektron ini mengorbit nukleus atom yang terdiri daripada zarah-zarah proton dan neutron pada gelombang dan frekuensi tertentu, menghasilkan tenaga tertentu untuk membentuk sesuatu
jirim. Atas sebab yang sama frekuensi gelombang manusia berbeza dengan jin menjadikan mereka terpisah dalam dimensi yang berlainan padahal berada pada tempat yang sama. Atas asas yang sama juga digunakan dalam ilmu perubatan
homeopathy untuk merawat sesuatu penyakit; kerana setiap penyakit berlaku disebabkan gelombang
frekuensi tertentu. Adakah cahaya, tenaga, gelombang atau elektron itu yang dimaksudkan sebagai 'Nur' Muhammad? Tidak. Penulis tidak dapat memberi jawapannya. Hanya Allah sahaja Yang Maha Tahu mengenainya.
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, ‘Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (al-Isra’: 85)
Apa yang penulis ingin bawakan di sini adalah; semua kita bahkan seluruh makhluk dan alam semesta ini bermula dan diciptakan dari asas yang sama, iaitu 'Nur Muhammad'. Sebagai contoh,
penciptaan manusia berasaskan tanah sepertimana firman Allah;
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Adalah sukar untuk dipercayai bahawa tubuh badan kita adalah tanah, namun sains sekali lagi membuktikan kebenarannya. Kita di Malaysia makan nasi; nasi dari beras; beras dari padi; padi dari tanah. Saudara kita di India makan capathi; capathi dari gandum; gandum dari tanah. Saudara kita di Eropah makan daging lembu; lembu makan tumbuhan; tumbuhan dari tanah. Semua asas yang membentuk jasad dan komponen badan kita samada makanan, minuman, zat-zat bahkan oksigen yang kita sedut itu juga berasal dari tanah. Firman Allah lagi; "Dan Allah menumbuhkan kamu sebagai suatu tumbuhan dari tanah, dan kemudian Dia akan mengembalikan kamu kepadanya, Dia akan mengeluarkan kamu lagi, sebagai suatu keluaran baru" (QS 71 : 17-18)
...............................................................................................................................
Bagi memperincikan lagi huraian berkenaan 'Cahaya Muhammad' ini, penulis sertakan petikan dari Buku “Sirr al-Asrar" karya As-Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, halaman 10 hingga 16.
Makhluk yang pertama yang di ciptakan oleh Allah adalah Ruh Muhammad SAW. Ia diciptakan dari cahaya ‘Jamal’ Allah. Sebagaimana firman Allah di dalam hadis Qudsi “Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya Zat Ku”.
Nabi Muhammad saw, juga bersabda: “Yang pertama diciptakan oleh Allah ialah ruh ku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah cahaya ku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah qalam. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah aqal”.
Ruh, cahaya, qalam dan aqal pada dasarnya adalah satu yaitu hakikat Muhammadiah.
Hakikat Muhammad di sebut “nur”, karena bersih dari segala kegelapan yang menghalangi untuk dekat kepada Allah sebagaimana firman Allah "Telah datang kepada mu cahaya dan kitab penerang dari Allah."
Hakikat Muhammad di sebut juga akal, karena ia yang menemukan segala sesuatu. Hakikat Muhammad disebut qalam karena ia yang menjadi sebab perpindahan ilmu (seperti halnya mata pena sebagai pengalih ilmu di alam huruf pengetahuan yang tertulis). Ruh Muhammad adalah ruh yang termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk sesuai dengan sabda Rasulullah saw: “Aku dari Allah dan orang-orang mukmin dari aku”.
Dan dari ruh Muhammad itulah, Allah menciptakan semua ruh di alam ‘Lahut’ dalam bentuk yang terbaik yang hakiki. Itulah nama seluruh manusia di alam Lahut. Alam Lahut adalah negeri bagi seluruh manusia. Allah menciptkan Arasy dari cahaya zat Muhammad saw. Bagitu juga makhluk lain berazal dari zat Muhammad.
Selanjutnya ruh-ruh di turunkan ke alam yang terendah, dimasukan pada makhluk yang terendah yaitu jasad. Sebagaimana firman Allah “Kemudian Aku turunkan manusia ke tempat yang terendah” Proses turunnya adalah setelah ruh diciptakan di alam Lahut, maka diturunkan ke alam Jabarut dan dibalut dengan cahaya Jabarut. Sebagai pakaian antara dua haram lapis kedua ini di sebut ruh ‘Sultani’.
Selanjutnya ia diturunkan lagi ke alam Malakut dan dibalut dengan cahaya Malakut yang disebut ruh ‘Ruhani’. Kemudian diturunkan lagi ke alam Mulki dan dibalut dengan cahaya Mulki. Lapis keempat ini di sebut ruh ‘Jismani’.
Selanjutnya Allah ciptakan badan (jasad) dari Mulki (bumi), sebagaimana firman Allah: “Dari bumi aku mencipta kamu. Kepada bumi aku mengembalikan mu. Dan dari bumi pula lah aku mengeluarkan mu”.
Setelah terwujud jasad, Allah memerintahkan ruh agar masuk ke dalam jasad, maka ruh masuk ke dalam jasad, sebagaimana firman Allah: “Ku tiupkan ruh dari Ku ke dalam jasad”.
Ketika ruh berada di dalam jasad, ruh lupa akan perjanjian awal di alam Lahut yaitu hari perjanjian: “Bukankah Aku ini tuhan mu” Ruh menjawab, “Benar, engkau adalah Tuhan kami”.
Karena ruh lupa pada perjanjian awal, maka ruh tidak dapat kembali ke alam Lahut sebagai tempat asal. Kerana itu, dan kasihnya Allah menolong mereka (manusia) dengan menurunkan kitab-kitab samawi sebagai peringatan tentang negeri asal mereka, sesuai dengan firman Allah "Berilah perinatan pada mereka tentang hari-hari Allah”, yaitu hari pertemuan antara Allah dengan seluruh arwah (ruh) di alam Lahut. Lain halnya dengan para nabi, mereka datang ke bumi dan kembali ke akhirat, badannya di bumi, sedangkan ruhnya berada di negeri asal kerana adanya peringatan ini.
Sangat sedikit orang yang sadar dan kembali serta berkeinginan dan sampai ke alam asal mereka. Karena sedikitnya manusia yang mampu kembali ke alam asal, maka Allah melimpahkan kenabian kepada ruh agung Muhammad Rasulullah, penutup penunjuk jalan dari kesesatan ke alam terang. Ia ditulis untuk mengingatkan mereka yang lupa membuka hatinya. Nabi mengajak manusia agar kembali dan sampai serta bertemu dengan 'Jamal Allah' yang azali, sesuai dengan firman Allah: “Katakanlah, Ini adalah jalan Ku. Aku mengajak ke jalan Allah dengan pandangan yang jelas. Aku dan para pengikut Ku”.
Nabi bersabda “Para sahabat ku seperti bintang-bintang, mengikuti yang mana pun kamu akan mendapat petunjuk”.
Pada ayat tadi dijelaskan bahwa Nabi mengajak manusia kembali kepada Allah dengan pandangan yang jelas, yang di dalam Al-Quran di sebut ‘basyirah’. Basyirah adalah dari ruh asli yang terbuka pada ‘Mata Hati’ bagi para aulia. Basyirah tidak akan terbuka hanya dengan Ilmu Zahir saja, tetapi untuk membukanya harus dengan Ilmu Ladunni Batin (ilmu yang langsung dari Allah). Sesuai dengan firman Allah “Kepada dia Ku berikan ilmu yang langsung dari Ku”.
Untuk menghasilkan basyirah, manusia mengambilnya dari ahli basyirah dengan mengambil talqin dari seorang wali mursyid yang telah berkomunikasi dengan alam lahut.
Wahai saudara ku, masuklah pada ‘tariq’ (jalan kembali kepada Allah) dan kembalilah kepada Tuhan mu bersama golongan ahli ruhani. Waktu sangat sempit, jalan hampir tertutup dan sulit tempat untuk kembali ke negeri asal (Alam Lahut).